Bagaimana cara mengukur beda potensial? Ikutilah
pembahasan berikut ini! Untuk mengukur beda potensial berbagai sumber listrik,
misalnya baterai atau mengukur tegangan antara ujung-ujung suatu alat listrik,
misalnya lampu digunakan alat ukut yang disebut Voltmeter. Voltmeter harus dipasang paralel dengan sumber listrik atau peralatan listrik yang akan diukur tegangannya. Jika kita hendak mengukur tegangan lampu pijar, digunakan dua utas kabel untuk menghubungkan paralel kedua ujung lampu pijar (titik A dan B) dengan kedua terminal Voltmeter, seperti ditunjukkan pada gambar berikut ini.
misalnya lampu digunakan alat ukut yang disebut Voltmeter. Voltmeter harus dipasang paralel dengan sumber listrik atau peralatan listrik yang akan diukur tegangannya. Jika kita hendak mengukur tegangan lampu pijar, digunakan dua utas kabel untuk menghubungkan paralel kedua ujung lampu pijar (titik A dan B) dengan kedua terminal Voltmeter, seperti ditunjukkan pada gambar berikut ini.
Untuk mengukur tegangan sumber listrik arus
searah misalnya baterai atau aki, ujung yang potensialnya lebih tinggi harus
dihubungkan ke terminal positif Voltmeter dan potensial yang lebih rendah
dihubungkan ke terminal negatif Voltmeter.
Baterai yang dihubungkan ke Voltmeter
menghasilkan tegangan tertentu yang disebut tegangan sumber. Setelah
dihubungkan dengan lampu maka tegangannya menjadi lebih kecil, tegangan dalam
rangkaian tersebut dikatakan tegangan jepit. Apabila beberapa buah baterai
dirangkai berurutan (secara seri) besar tegangannya adalah jumlah dari
masing-masing tegangan baterai. Misalnya, sebuah baterai mempunyai tegangan 1,5
Volt, maka 3 buah baterai yang dirangkaikan secara seri, tegangan sumbernya
menjadi 4,5 Volt. Bila ketiga baterai dirangkai sejajar (paralel), tegangan
sumbernya tetap 1,5 Volt tapi waktu pemakainnya tiga kali lebih lama.
Secara matematis ditulis sebagai berikut:
Etot = n.E (
untuk rangkain seri)
Etot = E (
untuk rangkain paralel)
Dimana:n = jumlah baterai
Hubungan Antara Kuat Arus dan Tegangan Listrik
Hubungan antara kuat arus dengan tegangan listrik
merupakan karakteristik penting yang berkaitan dengan berbagai peralatan
listrik. Bagaimanakah bentuk hubungan arus listrik dengan tegangan atau beda
potensial?
Orang yang pertama kali menyatakan hubungan kuat
arus dengan beda potensial adalah George Simon Ohm. Pernyataannya dikenal
dengan hukum Ohm yang berbunyi: “Hasil bagi beda potensial dengan kuat arus adalah
tetap”.
Hubungan antara kuat arus (I) dan tegangan (V)
merupakan hubungan yang linear, artinya makin besar tegangan makin besar pula
kuat arus, makin kecil tegangan makin kecil pula kuat arus. Hubungan tegangan
dengan kuat arus dapat ditulis sebagai berikut:
V ~ I (V sebanding I)
Secara umum dapat ditulis :
V = I . C
C adalah konstanta pembanding yang nilainya
selalu tetap untuk berbagai V dan I. Konstanta inilah yang disebut hambatan
sehingga perumusannya menjadi sebagai berikut:
V = I x R
Jadi, hambatan listrik adalah hasil bagi tegangan
(beda potensial antara ujungujung penghantar) dengan kuat arus yang melalui
penghantar tersebut. Jika ditulis dalam bentuk persamaan adalah sebagai
berikut:
R=V/I
Dimana:
R = hambatan, satuannya Ohm
V = tegangan, satuannya Volt
I = kuat arus, satuannya ampere
V = tegangan, satuannya Volt
I = kuat arus, satuannya ampere
R adalah faktor pembanding yang nilainya tetap,
inilah yang disebut hambatan atau resistansi.
Penerapan Hukum Ohm dalam Kehidupan Sehari-hari
Alat listrik (misalnya lampu pijar, seterika
listrik) memiliki bagian yang mengalirkan arus listrik yang disebut elemen
pemanas. Pada bola lampu pijar, elemen pemanasnya adalah filamen listrik yang
terbuat dari tungsten. Filamen listrik ini memiliki hambatan konstan R. Jika
bola lampu pijar diberi tegangan V, sesuai dengan hukum ohm, kuat
arus listrik yang mengalir melalui filamen adalah :
I =V/R
Tegangan yang diberikan pada suatu alat listrik
harus disesuaikan dengan tegangan yang seharusnya diperuntukkan bagi alat itu.
Sebagai contoh, jika lampu pijar diberi tegangan yang melebihi tegangan yang
seharusnya, elemen pemanas pada lampu pijar akan dilalui oleh arus lebih (arus
yang melebihi arus yang seharusnya), akan mengakibatkan elemen pemanas rusak.
Jika tegangan yang diberikan pada alat listrik
lebih kecil daripada tegangan yang seharusnya, maka arus yang mengalir menjadi
kurang. Kondisi ini dapat terjadi pada penggunaan kompor listrik dengan
tegangan lebih rendah, maka arus yang mengalir juga kurang. Dengan aliran arus
yang kurang ini proses pemanasan elemennya menjadi lambat. Contoh lain yang
sering dijumpai adalah redupnya lampu pijar ketika mengalami penurunan
tegangan.
Sumber :
http://fisikazone.com/
0 comments:
Post a Comment